Saturday, September 22, 2012

JADWAL KKGPAI 2012-2013


JADWAL KEGIATAN
KKG PAI SD KECAMATAN PAGUYANGAN
TAHUN PELAJARAN 2012/2013

NO
TANGGAL
MATERI / TEMA
PEMANDU
KET.
1.    
8 September 2012
Penyusunan Program dan Pembinaan
Pengawas PAI

2.    
22 September 2012
Pembelajaran Tematik ( Mapping dan Spider )
M. Sudiyono, S.Pd.I

3.    
06 Oktober 2012
Teknik Penyusunan SILABUS
Nur Khayati S.Ag

4.    
20 Oktober 2012
Penyusunan RPP Tematik
Marjana, S.Pd.I

5.    
10 Nopember 2012
Didaktik Metodik
M. Sudiyono, S.Pd.I

6.    
24 Nopember 2012
Pembuatan Analisis dan teknik Penilaian
Warjono, S.Pd.I

7.    
12 Januari 2013
Pengembangan Pembelajaran PAIKEM
Sugeng Tohari,S.Pd.I

8.    
26 Januari 2013
Penyusunan RPP 2
Tolkha, S.Pd.I

9.    
9 Februari 2013
Media Pembelajaran dan Alat Peraga
Darsono,S.Pd.I

10.   
23 Februari 2013
Teknik Pembuatan Kisi-kisi soal
Solahudin,SAg

11.   
9 Maret  2013
Psikologi Belajar Siswa
Nuraeni, S.Pd.I

12.   
23 Maret 2013
Proposal PTK
Atiqurokhaniatun,S.Pd.I

13.   
13 April 2013
Pembelajaran Tulisan Al-qur’an
Abu Darin, S.Pd.I

14.   
27 April 2013
Penyusunan KKM
Warjono,S.Pd.I


Catatan :
1.   Pelaksanaan KKG setiap hari SABTU dimulai pukul 10.00 s.d. 12.00 WIB.
2.   Tempat di  Aula PKG Kec. Paguyangan ( SD Negeri Paguyangan 02 )
3.   Pemandu yang berhalangan harap memberitahukan satu minggu sebelum kegiatan

Pengurus KKG PAI SD Kecamatan Paguyangan
Ketua,



SUGENG TOHARI, S.Pd.I
NIP.19570705 198405 1  003

Sekretaris,



SOLAHUDIN ,S.Ag
NIP. 19720905 200501 1 012
Mengetahui:
Ketua PKG
Kecamatan Paguyangan



SUGIANTO,S.Pd.SH.M.Pd
NIP. 196606091991031008

Pengawas PAI
Kecamatan Paguyangan



H. J O H A R , S.Ag
NIP.19530804 198201 1 001

Monday, July 23, 2012

PENGUMUMAN PLPG TAHAP VI GPAI

SELAMAT ! bagi Bapak Ibu Guru PAI yang telah mengikuti PLPG Tahap VI Tahun 2012. Silakan klik pengumuman PLPG Tahap VI plpg disini

Friday, May 25, 2012

DATA GPAI TAHUN 2011/2012

Data Guru Pendidikan Agama Islam ( PAI) khususnya Guru PAI Kecamatan Paguyangan Kabupaten Brebes, berdasarkan hasil pendataan EMIS ONLINE tahun 2011 telah diterbitkan oleh Kementerian Agama RI, silakan Bapak/Ibu lihat atau klik pelan-pelan disini.

Wednesday, February 29, 2012

Pengertian Karakter

A. PENGERTIAN KARAKTER
Menurut bahasa, karakter adalah tabiat atau kebiasaan. Sedangkan menurut ahli psikologi, karakter adalah sebuah sistem keyakinan dan kebiasaan yang mengarahkan tindakan seorang individu. Karena itu, jika pengetahuan mengenai karakter seseorang itu dapat diketahui, maka dapat diketahui pula bagaimana individu tersebut akan bersikap untuk kondisi-kondisi tertentu.1

Dilihat dari sudut pengertian, ternyata karakter dan akhlak tidak memiliki perbedaan yang signifikan. Keduanya didefinisikan sebagai suatu tindakan yang terjadi tanpa ada lagi pemikiran lagi karena sudah tertanam dalam pikiran, dan dengan kata lain, keduanya dapat disebut dengan kebiasaan.
B. MEKANISME PEMBENTUKAN KARAKTER
1. Unsur dalam Pembentukan Karakter
Unsur terpenting dalam pembentukan karakter adalah pikiran karena pikiran, yang di dalamnya terdapat seluruh program yang terbentuk dari pengalaman hidupnya, merupakan pelopor segalanya.2 Program ini kemudian membentuk sistem kepercayaan yang akhirnya dapat membentuk pola berpikirnya yang bisa mempengaruhi perilakunya. Jika program yang tertanam tersebut sesuai dengan prinsip-prinsip kebenaran universal, maka perilakunya berjalan selaras dengan hukum alam. Hasilnya, perilaku tersebut membawa ketenangan dan kebahagiaan. Sebaliknya, jika program tersebut tidak sesuai dengan prinsip-prinsip hukum universal, maka perilakunya membawa kerusakan dan menghasilkan penderitaan. Oleh karena itu, pikiran harus mendapatkan perhatian serius.
Tentang pikiran, Joseph Murphy mengatakan bahwa di dalam diri manusia terdapat satu pikiran yang memiliki ciri yang berbeda. Untuk membedakan ciri tersebut, maka istilahnya dinamakan dengan pikiran sadar (conscious mind) atau pikiran objektif dan pikiran bawah sadar (subconscious mind) atau pikiran subjektif.3 Penjelasan Adi W. Gunawan mengenai fungsi dari pikiran sadar dan bawah sadar menarik untuk dikutip.
Pikiran sadar yang secara fisik terletak di bagian korteks otak bersifat logis dan analisis dengan memiliki pengaruh sebesar 12 % dari kemampuan otak. Sedangkan pikiran bawah sadar secara fisik terletak di medulla oblongata yang sudah terbentuk ketika masih di dalam kandungan. Karena itu, ketika bayi yang dilahirkan menangis, bayi tersebut akan tenang di dekapan ibunya karena dia sudah merasa tidak asing lagi dengan detak jantung ibunya. Pikiran bawah sadar bersifat netral dan sugestif.4
Untuk memahami cara kerja pikiran, kita perlu tahu bahwa pikiran sadar (conscious) adalah pikiran objektif yang berhubungan dengan objek luar dengan menggunakan panca indra sebagai media dan sifat pikiran sadar ini adalah menalar. Sedangkan pikiran bawah sadar (subsconscious) adalah pikiran subjektif yang berisi emosi serta memori, bersifat irasional, tidak menalar, dan tidak dapat membantah. Kerja pikiran bawah sadar menjadi sangat optimal ketika kerja pikiran sadar semakin minimal.5
Pikiran sadar dan bawah sadar terus berinteraksi. Pikiran bawah sadar akan menjalankan apa yang telah dikesankan kepadanya melalui sistem kepercayaan yang lahir dari hasil kesimpulan nalar dari pikiran sadar terhadap objek luar yang diamatinya. Karena, pikiran bawah sadar akan terus mengikuti kesan dari pikiran sadar, maka pikiran sadar diibaratkan seperti nahkoda sedangkan pikiran bawah sadar diibaratkan seperti awak kapal yang siap menjalankan perintah, terlepas perintah itu benar atau salah. Di sini, pikiran sadar bisa berperan sebagai penjaga untuk melindungi pikiran bawah sadar dari pengaruh objek luar.
Kita ambil sebuah contoh. Jika media masa memberitakan bahwa Indonesia semakin terpuruk, maka berita ini dapat membuat seseorang merasa depresi karena setelah mendengar dan melihat berita tersebut, dia menalar berdasarkan kepercayaan yang dipegang seperti berikut ini, “Kalau Indonesia terpuruk, rakyat jadi terpuruk. Saya adalah rakyat Indonesia, jadi ketika Indonesia terpuruk, maka saya juga terpuruk.” Dari sini, kesan yang diperoleh dari hasil penalaran di pikiran sadar adalah kesan ketidakberdayaan yang berakibat kepada rasa putus asa. Akhirnya rasa ketidakberdayaan tersebut akan memunculkan perilaku destruktif, bahkan bisa mendorong kepada tindak kejahatan seperti pencurian dengan beralasan untuk bisa bertahan hidup. Namun, melalui pikiran sadar pula, kepercayaan tersebut dapat dirubah untuk memberikan kesan berbeda dengan menambahkan contoh kalimat berikut ini, “...tapi aku punya banyak relasi orang-orang kaya yang siap membantuku.” Nah, cara berpikir semacam ini akan memberikan kesan keberdayaan sehingga kesan ini dapat memberikan harapan dan mampu meningkatkan rasa percaya diri.
Dengan memahami cara kerja pikiran tersebut, kita memahami bahwa pengendalian pikiran menjadi sangat penting. Dengan kemampuan kita dalam mengendalikan pikiran ke arah kebaikan, kita akan mudah mendapatkan apa yang kita inginkan, yaitu kebahagiaan. Sebaliknya, jika pikiran kita lepas kendali sehingga terfokus kepada keburukan dan kejahatan, maka kita akan terus mendapatkan penderitaan-penderitaan, disadari maupun tidak.
2. Proses Pembentukan Karakter
Sebelum penulis melanjutkan pembahasan, mari kita kaji ilustrasi berikut ini.. Di dalam sebuah ruangan, terdapat seorang bayi, dan dua orang dewasa. Mereka duduk dalam posisi melingkar. Kemudian masuk satu orang lain yang membawa kotak besar berwarna putih ke arah mereka. Setelah meletakkan kotak tersebut di tengah-tengah mereka, orang tersebut langsung membuka tutupnya agar keluar isinya. Apa yang terjadi...? ternyata setelah dibuka, terlihat ada tiga ular kobra berwarna hitam dan besar yang keluar dari kotak tersebut. Langsung saja, salah seorang dari mereka lari ketakutan, sedangkan yang lainnya justru berani mendekat untuk memegang ular agar tidak membahayakan, dan, tentu saja, si bayi yang ada di dekatnya tetap tidak memperlihatkan respon apa-apa terhadap ular.
Nah, begitu juga dengan kehidupan manusia di dunia ini. Kita semua dihadapkan dengan permasalahan yang sama, yaitu kehidupan duniawi. Akan tetapi respon yang kita berikan terhadap permasalahan tersebut berbeda-beda. Di antara kita, ada yang hidup penuh semangat, sedangkan yang lainnya hidup penuh malas dan putus asa. Di antara kita juga ada yang hidup dengan keluarga yang damai dan tenang, sedangkan di antara kita juga ada yang hidup dengan kondisi keluarga yang berantakan. Di antara kita juga ada yang hidup dengan perasaan bahagia dan ceria, sedangkan yang lain hidup dengan penuh penderitaan dan keluhan. Padahal kita semua berangkat dari kondisi yang sama, yaitu kondisi ketika masih kecil yang penuh semangat, ceria, bahagia, dan tidak ada rasa takut atau pun rasa sedih.
Pertanyaannya yang ingin diajukan di sini adalah “Mengapa untuk permasalahan yang sama, yaitu kehidupan duniawi, kita mengambil respon yang berbeda-beda?” jawabannya dikarenakan oleh kesan yang berbeda dan kesan tersebut dihasilkan dari pola pikir dan kepercayaan yang berbeda mengenai objek tersebut. Untuk lebih jelas, berikut penjelasannya.
Secara alami, sejak lahir sampai berusia tiga tahun, atau mungkin hingga sekitar lima tahun, kemampuan menalar seorang anak belum tumbuh sehingga pikiran bawah sadar (subconscious mind) masih terbuka dan menerima apa saja informasi dan stimulus yang dimasukkan ke dalamnya tanpa ada penyeleksian, mulai dari orang tua dan lingkungan keluarga.6 Dari mereka itulah, pondasi awal terbentuknya karakter sudah terbangun. Pondasi tersebut adalah kepercayaan tertentu dan konsep diri. Jika sejak kecil kedua orang tua selalu bertengkar lalu bercerai, maka seorang anak bisa mengambil kesimpulan sendiri bahwa perkawinan itu penderitaan. Tetapi, jika kedua orang tua selalu menunjukkan rasa saling menghormati dengan bentuk komunikasi yang akrab maka anak akan menyimpulkan ternyata pernikahan itu indah. Semua ini akan berdampak ketika sudah tumbuh dewasa.
Selanjutnya, semua pengalaman hidup yang berasal dari lingkungan kerabat, sekolah, televisi, internet, buku, majalah, dan berbagai sumber lainnya menambah pengetahuan yang akan mengantarkan seseorang memiliki kemampuan yang semakin besar untuk dapat menganalisis dan menalar objek luar. Mulai dari sinilah, peran pikiran sadar (conscious) menjadi semakin dominan. Seiring perjalanan waktu, maka penyaringan terhadap informasi yang masuk melalui pikiran sadar menjadi lebih ketat sehingga tidak sembarang informasi yang masuk melalui panca indera dapat mudah dan langsung diterima oleh pikiran bawah sadar.
Semakin banyak informasi yang diterima dan semakin matang sistem kepercayaan dan pola pikir yang terbentuk, maka semakin jelas tindakan, kebiasan, dan karakter unik dari masing-masing individu. Dengan kata lain, setiap individu akhirnya memiliki sistem kepercayaan (belief system), citra diri (self-image), dan kebiasaan (habit) yang unik. Jika sistem kepercayaannya benar dan selaras, karakternya baik, dan konsep dirinya bagus, maka kehidupannya akan terus baik dan semakin membahagiakan. Sebaliknya, jika sistem kepercayaannya tidak selaras, karakternya tidak baik, dan konsep dirinya buruk, maka kehidupannya akan dipenuhi banyak permasalahan dan penderitaan.
Kita ambil sebuah contoh. Ketika masih kecil, kebanyakan dari anak-anak memiliki konsep diri yang bagus. Mereka ceria, semangat, dan berani. Tidak ada rasa takut dan tidak ada rasa sedih. Mereka selalu merasa bahwa dirinya mampu melakukan banyak hal. Karena itu, mereka mendapatkan banyak hal. Kita bisa melihat saat mereka belajar berjalan dan jatuh, mereka akan bangkit lagi, jatuh lagi, bangkit lagi, sampai akhirnya mereka bisa berjalan seperti kita.
Akan tetapi, ketika mereka telah memasuki sekolah, mereka mengalami banyak perubahan mengenai konsep diri mereka. Di antara mereka mungkin merasa bahwa dirinya bodoh. Akhirnya mereka putus asa. Kepercayaan ini semakin diperkuat lagi setelah mengetahui bahwa nilai yang didapatkannya berada di bawah rata-rata dan orang tua mereka juga mengatakan bahwa mereka memang adalah anak-anak yang bodoh. Tentu saja, dampak negatif dari konsep diri yang buruk ini bisa membuat mereka merasa kurang percaya diri dan sulit untuk berkembang di kelak kemudian hari.
Padahal, jika dikaji lebih lanjut, kita dapat menemukan banyak penjelasan mengapa mereka mendapatkan nilai di bawah rata-rata. Mungkin, proses pembelajaran tidak sesuai dengan tipe anak, atau pengajar yang kurang menarik, atau mungkin kondisi belajar yang kurang mendukung. Dengan kata lain, pada hakikatnya, anak-anak itu pintar tetapi karena kondisi yang memberikan kesan mereka bodoh, maka mereka meyakini dirinya bodoh. Inilah konsep diri yang buruk.
Contoh yang lainnya, mayoritas ketika masih kanak-kanak, mereka tetap ceria walau kondisi ekonomi keluarganya rendah. Namun seiring perjalanan waktu, anak tersebut mungkin sering menonton sinetron yang menayangkan bahwa kondisi orang miskin selalu lemah dan mengalami banyak penderitaan dari orang kaya. Akhirnya, anak ini memegang kepercayaan bahwa orang miskin itu menderita dan tidak berdaya dan orang kaya itu jahat. Selama kepercayaan ini dipegang, maka ketika dewasa, anak ini akan sulit menjadi orang yang kuat secara ekonomi, sebab keinginan untuk menjadi kaya bertentangan dengan keyakinannya yang menyatakan bahwa orang kaya itu jahat. Kepercayaan ini hanya akan melahirkan perilaku yang mudah berkeluh kesah dan menutup diri untuk bekerjasama dengan mereka yang dirasa lebih kaya.
Nah, untuk lebih memahami tentang proses pembentukan karakter tersebut, berikut ini adalah ilustrasi-ilustrasi yang menggambarkan tentang proses tersebut.


1 N.K. Singh dan Mr. A.R. Agwan, Encyclopaedia of the Holy Qur’ân, (New Delhi: balaji Offset, 2000) Edisi I h. 175
2 Rhonda Byrne, The Secret, (Jakarta: PT Gramedia, 2007), h.17
3 Joseph Murphy D.R.S., Rahasia Kekuatan Pikiran Bawah Sadar, (Jakarta, SPEKTRUM, 2002), h. 6.
4 Adi W. Gunawan, Hypnosis – The Art of Subconscious Communication, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2005) h. 27-30.
5 Adi W. Gunawan dan Ariesandi Setyono, Manage Your Mind for Success, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2006) h. 38
6 Ariesandi Setyono, Hypnoparenting: Menjadi Orangtua Efektif dengan Hipnosis, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2006), h. 50

GURU PROFESIONAL= BERKARAKTER

Segera setelah kebijakan sertifikasi digulirkan pemerintah, banyak guru (termasuk saya) yang kemudian gamang mengenai arti sesungguhnya dari ‘profesionalisme’. Guru yang mengajar di kelas dari hari ke hari punya dua ujung sebagai perjalanan kariernya. Ujung pertama adalah rutinitas, artinya ia akan jadi orang yang pasif, terjebak rutinitas, cenderung bekerja demi harapkan gaji dan tunjangan di akhir bulan. Ujung kedua adalah ia semakin cinta pada profesi dan terus meningkatkan diri serta merasa hidupnya ‘berkah’ karena mengajar dan menyebarkan ilmu.
Pasti semua dari kita ingin menjadi guru yang menemui ujung kedua seperti yang saya ceritakan di atas. Untuk sampai kesana tidak bisa tidak kita membutuhkan karakter. Sebuah karakter yang memang tidak mudah untuk dipraktekkan serta berhubungan dengan banyak faktor lain. Silahkan mencermati karakter apa saja yang bisa membuat seorang guru menjadi guru profesional;
 1. Rendah hati
Karakter ini membuat seorang guru berpikiran terbuka serta mudah menerima hal-hal baru. Di depan siswa atau sesama guru ia terus terang jika tidak tahu. Maklum ditengah pesatnya pertumbuhan dan akses kepada informasi, semua orang benar-benar mesti belajar kembali dan bersedia menjadi seorang pembelajar. Hal ini membuat ia menjadi mitra belajar yang mengasyikkan bagi siswa dan sesama guru. Karakter rendah hati juga menjadi pembuka jalan bagi masuknya ilmu baru. Di sebuah sekolah jika semua gurunya rendah hati akan terjadi transfer ilmu dan terbentuk komunitas pembelajar, karena semua orang dihargai dari apa kontribusi tenaga dan ilmunya dan bukan dari seberapa seniornya ia di sekolah.
2. Pandai mengelola waktu
Sebagai seorang yang bekerja dengan administrasi serta tugas mengajar yang banyak setiap minggunya, guru dituntut untuk pandai mengelola waktu. Bukan cuma siswa dikelas saja yang punya hak terhadap diri kita, namun juga keluarga terdekat kita di rumah yang memerlukan perhatian. Guru yang pandai mengelola waktu membedakan prioritas dalam bekerja, mana yang mesti dikerjakan sekarang atau yang mesti digarap secara bertahap.
3. Menghargai proses.
Saat mengajar sering kita pulang ke rumah dalam keadaan yang sangat lelah. Sering juga kita dilanda kebosanan sambil berucap dalam hati “seperti inikah rasanya jadi guru”. Sebagai manusia biasa wajar sekali jika perasaan itu datang. Semua perasaan tersebut akan hilang jika sebagai guru kita menghargai proses. Proses yang saya maksud adalah seperti jalannya atau perputaran alam semesta yang kita rasakan. Ada pagi ada siang, ada gelap dan ada terang. Jika suatu saat kita gagal atau belum berhasil dalam mengajar, hargailah usaha yang diri kita sendiri lakukan. Sebab mengingat-ingat kegagalan tanpa memandang atau menghargai usaha diri kita sendiri akan membuat malas di kemudian hari untuk melakukan inovasi dalam mengajar. Ada perasaan khawatir atau takut untuk berubah hanya karena pernah gagal. Jika itu terjadi siswa yang akan jadi korban karena sebagai guru anda akan tampil biasa-biasa saja dan miskin inovasi.
4. Berpikiran terbuka
Informasi dan ilmu pengetahuan berkembang dan bertambah sedemikian pesatnya. Dalam hitungan detik informasi bertambah dengan cepat. Saat ini informasi ada di mana saja, semua tersedia tinggal bagaimana seseorang dengan pikirannya bisa mencerna dan memanfaatkan. Sebagai seorang guru sikap berpikiran terbuka inilah yang paling bermakna saat ini untuk diterapkan. Dengan berpikiran terbuka guru jadi mudah untuk menerima perbedaan dan senang akan perubahan. Di kelas dan sekolah sejak dulu siswa dibagi menjadi murid yang ‘pintar’, ‘bodoh’ dan ‘sedang-sedang saja’. Belum ada pikiran yang terbuka yang mengatakan bahwa setiap anak adalah unik dan bisa menjadi ‘juara’ di bidangnya masing-masing. Saat guru berpikiran terbuka ia akan bisa sekuat tenaga membuat setiap siswa di kelasnya meraih masa depan sesuai potensinya. Dengan pikiran terbuka guru juga jadi mudah untuk menyerap ilmu dari siapa saja tanpa mesti katakan “aah saya sudah tahu” atau “ah saya sudah pernah menerapkan” karena di masa sekarang ini ilmu bisa datang dari siapa saja, ia bisa datang dari buku dan media massa, sesama guru, orang tua siswa bahkan dari siswa kita di kelas.
5. Percaya diri
Bedakan antara rasa percaya diri dan sombong. Dalam mempersiapkan dan merencanakan pengajaran di kelas bisa saja guru mengatakan semua yang akan diajarkannya sudah ada di ‘luar kepala’ hal ini berarti sama saja mengatakan sebagai guru ia anti terhadap kegiatan belajar lagi. Padahal bukan seperti itu guru yang percaya diri. Guru yang percaya diri akan sekuat tenaga mempersiapkan sambil tetap percaya diri jika ada masalah yang timbul saat ia sedang melaksanakan perencanaan pengajarannya. Ia yakin sesulit apapun masalah yang timbul saat ia sedang melaksanakan hasil perencanaan pengajarannya, tetap akan memberikan pengalaman dan masukan bagi karier mengajarnya di masa depan.
Terima kasih sudah membaca artikel ini, adakah 5 hal diatas juga merupakan karakter anda selama ini? ataukah ada hal yang baru yang bisa anda bagi dan tambahkan agar semua pendidik di Indonesia bisa lebih profesional dalam berkarier ? ayo berbagi lewat komentar di bawah ini

Saturday, January 28, 2012

GURU LAGI

PENDAPAT GURU ; SKB Lima Menteri, Era Baru Guru Profesional
Yogya (KR)MEMBICARAKAN sepak terjang profesi guru memang tiada habisnya. Setelah lahirnya sertifikasi guru yang berimbas pada pemberian tunjangan profesi kepada guru yang telah lulus sertifikasi dan memenuhi persyaratan yang telah ditentukan, kini pemerintah menerbitkan Surat Keputusan Bersama (SKB) lima Menteri yang isinya tentang Penataan dan Pemerataan Guru PNS yang diberlakukan tanggal 2 Januari 2012 sampai dengan 31 Desember 2013, sebagai tindak lanjut dari Permendiknas No 39 Tahun 2009 dan No 30 Tahun 2011.
Banyak pihak yang menyanjung dan ada pula yang mencibir. Seberapa besar kontribusi guru yang sudah mendapatkan tunjangan profesi dengan prestasi dan kualitas peserta didik?
Bergesernya paradigma memberikan gambaran, profesi guru adalah sosok cendekia/cerdik pandai yang mempunyai kecerdasan baik intelegensi, emosional dan spiritual. Insan cendekiawan ini juga dapat dilihat dari kompetensi ideal yang harus dimiliki profesi guru, yaitu kompetensi mendidik(pedagogis), kepribadian (intrapersonal), sosial (antarpersonal) dan profesional. Keempat kompetensi tersebut secara integratif harus menyatu dalam diri insan yang disebut guru.
SKB 5 Menteri itu menjadi payung hukum untuk menata dan mendistribusikan (mana yang kelebihan dan mana yang kekurangan) guru PNS. Dengan adanya SKB ini menjadikan era baru bagi profesi guru. Mengapa demikian?
Sesuai UU No 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, isi undang-undang tersebut antara lain menyebutkan, tugas guru melakukan kegiatan mengajar tatap muka minimal 24 jam dan maksimal 40 jam per minggu. Selama ini keluhan yang dialami guru yaitu kekurangan jumlah jam tatap muka, sehingga pemenuhannya melalui kegiatan intrakurikuler (team teaching, remedial and enrichment teaching) dan kegiatan ekstrakurikuler serta tugas tambahan. Selama ini bisa dikatakan pula, guru profesional namun masih gado-gado (karena mengajar bermacam-macam mata pelajaran) padahal hal ini bertentangan dengan sertifikat pendidik yang dimiliki guru.
Hal inilah yang membuat jauh panggang dari api. Artinya adanya kesenjangan antara harapan dan kenyataan, sehingga barangkali ada relevansinya mengapa belum adanya gambaran yang signifikan terhadap kualitas peserta didik baik dari ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Di dalam SKB tersebut, semakin mempertegas dan memperjelas tugas, pokok dan fungsi guru, antara lain guru harus mengajar tatap muka minimal 24 jam per minggu sesuai sertifikat pendidik yang dimilikinya. Hal ini yang menjadikan permasalahan pelik bagi sekolah karena nantinya ada guru yang kelebihan dan ada guru yang kekurangan jam mengajar. Tugas sekolah adalah mendata keadaan tersebut dan melaporkannya ke Dinas Pendidikan setempat, sehingga harapan pemerintah adanya rasio yang seimbang antara guru dengan peserta didik, antara sekolah satu dengan lainnya yang berujung pada terlaksananya standar pelayanan minimal dan manajerial sekolah yang efektif.
Terbitnya SKB tersebut menjadi era baru bagi profesi guru. Era baru yang senantiasa dinamis. Era baru yang membawa profesi guru menjadi guru yang benar-benar profesional. Karena guru telah mengajar sesuai sertifikat pendidik yang dimiliki, berarti pula guru sesuai bidang yang selama ini ditekuni atau digeluti. Seperti pepatah, bisa karena biasa. Guru yang sudah mendarah daging dengan disiplin ilmunya, dirinya akan semakin matang dalam men-transfer of knowledge dan men-transfer of value kepada peserta didiknya. Tinggal bagaimana sebagai guru yang sekaligus pendidik mampu dan mau menjadikan profesi ini begitu mulia yang dapat mengantarkan peserta didik menggapai cita-citanya. Dan yang lebih membanggakan apabila kita sebagai pendidik, kehadiran kita di kelas selalu dinanti dan ditunggu peserta didik. Karena pendidik yang mengetahui dan mengerti apa yang dikehendaki dan dibutuhkan peserta didik yang bermanfaat baginya saat ini dan yang akan datang.
Biarlah berbagai peraturan terbit. Tentu, ini merupakan iktikad baik dari pemerintah agar profesi guru menjadi salah satu profesi pilihan dan idaman yang memiliki regulasi yang tegas yang dapat diukur kinerja dan keprofesiannya. q - s
*)Penulis, Guru Bahasa Indonesia/Wa Ka Urs Kurikulum, SMPN 1 Kalibawang Kulonprogo
Diupload oleh : hans (-) | Kategori: Berita Koran Pendidikan | Tanggal: 20-01-2012 08:05

Sunday, January 22, 2012

LOMBA MAPSI KECAMATAN PAGUYANGAN TAHUN 2012

Pelaksanaan Lomba MAPSI Tingkat Kecamatan Paguyangan telah diaadakan pada hari Sabtu, 21 Januari 2012 bertempat  di SD Negeri Paguyangan 02. Diikuti oleh 50 SD se Kecamatan Paguyangan yang meliputi 4 cabang lomba ( putra dan putri ) : Mapel PAI, Khitabah, Khat/Kaligrfai dan Macapat Islami. Kegiatan berlangsung sejak pukul 07.30 sampai dengan 14.00WIB.



Blog Archive

Featured Post

DATA GURU PAI SD KEC. PAGUYANGAN SEMESTER GENAP 2020/2021

  DATA GURU PAI SEKOLAH DASAR KECAMATAN PAGUYANGAN SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2020/2021 PER JANUARI 2021   NO. ...