1. Evitasari, S.Pd.I, Guru PAI SDN Paguyangan 03
2. Laelatul Fatkhuroh, S.Pd.I, Guru PAI SDN Winduaji 04
3. Suswantoro, S.Pd,I, Guru PAI SDN Ragatunjung 02
Khutbah I
الْحَمْدُ لِلهِ الَّذِيْ بِنِعْمَتِهِ تَتِمُّ الصَّالِحَاتُ،
وَبِفَضْلِهِ تَتَنَزَّلُ الْخَيْرَاتُ وَالْبَرَكَاتُ، وَبِتَوْفِيْقِهِ
تَتَحَقَّقُ الْمَقَاصِدُ وَالْغَايَاتُ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ
وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنْ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
لَانَبِيَّ بَعْدَهُ. اللهم صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ
وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ المُجَاهِدِيْنَ الطَّاهِرِيْنَ. أَمَّا بَعْدُ، فَيَا
آيُّهَا الحَاضِرُوْنَ أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ
لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ. يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ
تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ، وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ
خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى
فَقَدْ قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ أَعُوْذُ
بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ:
وَلَنَبْلُوَنَّكُم
بِشَىْءٍۢ مِّنَ ٱلْخَوْفِ وَٱلْجُوعِ وَنَقْصٍۢ مِّنَ ٱلْأَمْوَٰلِ وَٱلْأَنفُسِ
وَٱلثَّمَرَٰتِ ۗ وَبَشِّرِ ٱلصَّٰبِرِينَ ٱلَّذِينَ إِذَآ أَصَٰبَتْهُم
مُّصِيبَةٌۭ قَالُوٓا۟ إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّآ إِلَيْهِ رَٰجِعُونَ
Jamaah shalat
Jumat rahimakumullah,
Kita sering mendengar dari berbagai literatur sejarah bahwa
peradaban Islam yang dibawa Rasulullah ﷺ
pertama kali lahir di tanah Makkah dalam konteks kebobrokan masyarakat Arab
yang sangat parah. Fanatsime suku luar biasa kuat sehingga sering terjadi
peperangan. Perempuan dilecehkan serendah-rendahnya, sampai sang ayah rela
mengubur hidup-hidup bayi perempuannya. Prinsip-prinsip tauhid yang dibawa
nabi-nabi terdahulu nyaris lenyap, berganti patung-patung yang diberhalakan.
Yang unik dari kondisi ini adalah: dalam kejahiliahan yang
demikian akut, mengapa Allah tidak langsung menurunkan azab-Nya, membinasakan manusia-manusia
durhaka misalnya dengan sebuah bencana besar? Allah malah mengutus manusia agung bernama
Muhammad untuk melakukan revolusi peradaban dengan jalan sangat bijak. Di sisi
lain, kita menengok suatu daerah yang kelihatannya “islami” namun justru
mendapatkan bencana alam: gempa bumi, tsunami, banjir, dan lain sebagainya.
Melihat fakta yang terlihat ganjil ini, mungkin timbul pertanyaan, benarkah
bencana alam itu adalah sebuah teguran, atau benarkah teguran hanya dalam
berupa bencana alam?
Jamaah shalat
Jumat rahimakumullah,
Dari fakta-fakta inilah kita bisa merenung sejenak. Bukan
kapasitas manusia yang dhaif ini mengobral tuduhan bahwa bencana alam yang terjadi di
lokas tertentu adalah teguran atau azab Allah. Jika setiap bencana alam pasti
merupakan azab dari Allah maka Arab era jahiliah mungkin lebih berhak
menerimanya, dan negeri-negerai Muslim yang kita dapati sekarang lebih nyaman
terhadap bencana. Tapi fakta-fakta yang kita dapati sekarang justru sebaliknya.
Ada kenyataan ilmiah bahwa bencana alam merupakan sebuah gejala
natural biasa. Ia bisa ditelusuri sebab-sebabnya secara konkret sehingga gempa
bumi, tsunami, likuifaksi, atau lainnya terjadi. Namun, banyak pula ayat
Al-Qur’an dan hadits yang menggambarkan bahwa bancana menjadi salah satu cara
Allah memberikan teguran. Bagaimana kita seharusnya bersikap?
Jamaah shalat
Jumat rahimakumullah,
Seyogiannya kita menempatkan diri secara proporsional. Mana
sikap yang harus diperuntukkan kepada orang lain dan mana yang harus
diperuntukkan kepada diri sendiri. Kepada orang lain, tak ada wewenang kita
untuk memvonis mereka yang menjadi korban bencana adalah orang-orang yang
sedang kena azab dari Allah. Mengeluarkan vonis semacam ini bisa jadi merupakan
keangkuhan karena tidak ada bukti apa pun yang bisa menjelaskan bahwa bencana
di lokasi tertentu pasti adalah azab Allah.
Kita bisa mengetahui bencana yang menimpa kaum Nabi Luth adalah
sebuah azab hanya karena ada nash yang menerangkan hal itu. Di zaman tak ada
lagi rasul seperti sekarang ini, informasi rahasia seperti sekarang tidak bisa
kita dapatkan. Bahkan dalam hadits ada pernyataan bahwa orang yang meninggal
karena tenggelam dan tertimpa reruntuhan sebagai mati syahid. Dengan demikian
semakin tidak jelas apakah sebuah bencana benar-benar azab atau bukan. Jangan-jangan
sejumlah korban meninggal dunia akibat bencana alam itu wafat dalam kondisi
lebih baik dan terhormat ketimbang diri kita nanti?
Dalam konteks seperti
ini, yang paling tepat adalah mengembalikan status bencana kepada Allah ﷻ, sebagaimana bunyi ayat surah albaqarah ayat
155-156:
وَلَنَبْلُوَنَّكُم
بِشَىْءٍۢ مِّنَ ٱلْخَوْفِ وَٱلْجُوعِ وَنَقْصٍۢ مِّنَ ٱلْأَمْوَٰلِ وَٱلْأَنفُسِ
وَٱلثَّمَرَٰتِ ۗ وَبَشِّرِ ٱلصَّٰبِرِينَ ٱلَّذِينَ إِذَآ أَصَٰبَتْهُم
مُّصِيبَةٌۭ قَالُوٓا۟ إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّآ إِلَيْهِ رَٰجِعُونَ
Artinya: “(Yaitu)
orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: ‘Innâ lillâhi wa
innâ ilaihi râji'ûn’ (sesungguhnya kita semua milik Allah dan kepada Allah pula
kita semua kembali).” (QS al-Baqarah:156)
Memaknai bencana alam sebagai teguran hanya mungkin
diperuntukkan kepada diri sendiri. Artinya, bencana alam dapat menjadi wasilah
untuk bermuhasabah (introspeksi) terhadap seluruh praktik penghambaan kita
kepada Allah. Bencana mengandung penderitaan, dan dalam sebuah riwayat
dinyatakan bahwa penderitaan adalah di antara cara Allah menghapus dosa dan
kesalahan hamba-Nya. Jangan-jangan bencana alam teguran bagi diri kita yang
tengah diliputi kesombongan, hasud, tebar permusuhan, gemar menyakiti orang lain,
atau semacamnya?
Jamaah shalat
Jumat rahimakumullah,
Dengan membedakan mana sikap kepada orang lain dan mana sikap
kepada diri sendiri ini kita akan menjadi lebih bijak dalam merespons bencana
alam. Kepada korban, kita lebih sibuk untuk berempati, berdoa, dan menolong
semampu kita. Bukan mencaci-maki yang bisa menyinggung perasaan mereka yang
kini sudah menderita. Kepada diri sendiri, kita bisa lebih banyak mencari
kesalahan-kesalahan sendiri, beristighfar, dan berbenah untuk menjadi pribadi
yang lebih baik sebagai hamba Allah sejati.
Jamaah shalat
Jumat rahimakumullah,
Yang penting dicatat pula adalah bahwa teguran tidak hanya
berupa bencana. Orang sering salah persepsi bahwa teguran hanya berupa
peristiwa yang membuat orang menderita. Inilah salah satu pemicu kesombongan
orang-orang yang sedang bergelimang nikmat merasa baik-baik saja. Padahal yang
lebih gawat dari teguran bencana itu adalah teguran nikmat. Dalam Islam,
teguran yang kedua ini dikenal dengan istilah istidrâj, yakni
situasi yang dialami seseorang yang terlihat makin enak, makin nyaman, atau
makin sejahtera. Meski tampil sebagai kenikmatan namun sejatinya sederet
kondisi ini sebenarnya adalah jebakan. Istidraâ’ adalah perangkap Allah untuk
hamba-Nya yang durhaka untuk kian terjerumus ke dalam kegelapan.
Syekh Ibnu Athaillah
as-Sakandari dalam al-Hikam pernah berkata:
خِفْ مِنْ وُجُوْدِ إِحْسَانِهِ إِلَيْكَ وَدَوَامِ إِسَاءَتِكَ
مَعَهُ أَنْ يَكُوْنَ ذَلِكَ اسْتِدْرَاجاً سَنَسْتَدْرِجُهُم مِّنْ حَيْثُ لَا
يَعْلَمُونَ
“Takutlah pada
perlakuan baik Allah kepadamu di tengah durhakamu yang terus-menerus
terhadap-Nya. Karena, itu bisa jadi sebuah istidrâj, seperti
firman-Nya, ‘Kami meng-istidraj-kan mereka dari jalan yang mereka tak
ketahui’.”
Alih-alih mengajak kita untuk menilai orang lain saat diri kita
memperoleh rezeki atau nikmat, pengarang al-Hikam ini justru menganjurkan kita
untuk mengoreksi diri sendiri. Kenikmatan, keamanan, keselamatan, atau
kesejahteraan belum tentu sebuah anugerah. Bisa jadi itu adalah musibah
(teguran). Jangan-jangan zona nyaman yang kita rasakan adalah siksa Allah
kepada hamba-Nya agar tak dapat merasakan dengan baik kedurhakaan-kedurhakaan
dirinya hingga kelak ia akan menerima azab yang lebih pedih. Nikmat duniawi
disegerakan, dan di saat bersamaan azab atas dosa-dosanya ditangguhkan. Azab
yang ditangguhkan berpotensi lebih berat karena manusia bisa jadi terus-menerus
menumpuk dosa akibat terlena dengan gemerlap kelezatan duniawi yang ia
alami. Na’ûdzubillâhi min dzâlik.
Hadirin rahimakumulloh,
Dalam Situasi saat ini dengan sebuah wabah
pandemi yang melanda di seluruh negara di dunia, khususnya di negara kita,
dengan adanya kasus wabah penyakit aneh yang bernama corona atau virus
covid-19, marilah kita ikuti himbauan para ahli dan pemerintah. Kita tetap senantisa
meningkatkan ibadah, mendekatkan diri kita kepada Allah Swt. Tak perlu
berlebihan dalam menghadapinya, karena bisa menjadikan kita sombong jika
menentang berlebihan bukti ilmiah para ahli atau sebaliknya menjadi penakut
karena khawatir yang berlebihan. Yang paling penting kita berusaha dan waspada
sambil tawakkal kepada Allah Swt.
اللَّهُمَّ إنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ البَرَصِ، والجُنُونِ،
والجُذَامِ، وَسَيِّيءِ الأسْقَامِ
Artinya, “Ya Allah, aku berlindung kepadamu dari penyakit
lepra, gila, kusta, dan penyakit-penyakit buruk.”
Betapa banyak orang yang lulus dari ujian berupa bencana karena
insaf, tobat, dan berusaha memperbaiki diri. Tapi betapa banyak pula orang
gagal menjadi hamba yang baik karena mendapat ujian berupa nikmat: terbuai,
sombong, merasa tak punya kesalahan, menambah-nambah dosa tiap hari, lalu kian
terjerumus dalam kesesatan dan kedurhakaan. Wallahu a’lam bish shawâb.
بَارَكَ الله لِي وَلَكُمْ فِى اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ،
وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَافِيْهِ مِنْ آيَةِ وَذِكْرِ الْحَكِيْمِ
وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ وَإِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ
العَلِيْمُ، وَأَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ
هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم
Khutbah II
اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ
تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ
وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ
وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا
مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا
أَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوا اللهَ فِيْمَا
أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ
بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى
إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ
آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى
سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ
مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ
اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان
وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي
التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ
بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ
وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ
أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ
وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ
مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ
إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ
وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا
وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ
اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى
الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَاإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا
لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا
بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ
وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ
اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ
اللهِ أَكْبَرْ
Jum’at, 13 des 2019/ paing === RODA KEHIDUPAN ===
Khutbah I
اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِي
أَرْسَلَ مُحَمَّدًا رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ فَبِذَلِكَ أَمَرَنَا أَنْ نَفْرَحَ
وَنَشْكُرَ بِوُجُوْدِ سَيِّدِ الْمُرْسَلِيْنَ
أَشْهَدُ أَنْ لَا اِلَهَ إِلَّا الله وَحْدَهُ
لا شَرِيك لَه، ذُو اْلجَلالِ وَالإكْرام، وَأَشْهَدُ أَنّ سَيِّدَنَا
وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسولُه
اللهم صَلِّ وَسَلِّمْ عَلىَ
سَيِّدِنَا وَمَوْلَانَا مُحَمَّدٍ فَاتِحِ كُلِّ بَابٍ مِنْ أَبْوَابِ
الْمَحُجُوْبِيْنَ وَعَلىَ آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ. .
أَمَّا بَعْدُ: فَيَايُّهَا الإِخْوَان،
أوْصُيْكُمْ وَ نَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنْ،
قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي اْلقُرْانِ اْلكَرِيمْ: بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَانِ
الرَّحِيْمْ: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا الله وَقُولُوا قَوْلًا
سَدِيدًا، يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ
يُطِعِ الله وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا وقال تعالى يَا اَيُّهَا
الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ
وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. صَدَقَ اللهُ العَظِيمْ
Ma’âsyiral hâdlirîn, rahimakumullâh,
Di hari yang mulia, pada Jumat yang dijuluki
sebagai sayyidul ayyam (rajanya hari) ini, marilah kita
bersyukur atas nikmat tak terhitung dari Allah yang telah dilimpahkan kepada
kita terutama nikmat iman dan kesehatan.
Melalui mimbar ini pula, kami ingin mengajak dan
berwasiat khususnya kepada diri saya pribadi, marilah kita tingkatkan iman dan
ketakwaan kita kepada Allah subhânahû wa ta’âlâ dengan cara menjaga
dan melaksanakan semua perintah dan pada saat yang sama kita tinggalkan aneka
macam larangan-larangan Allah dan Rasul-Nya.
Hanya
dengan cara inilah insyaallah kita akan memperoleh ketenteraman dan kebahagiaan
hidup, baik di dunia maupun di akhirat kelak, amin.
Hadlirin rahimakumullâh,
Pada
suatu ketika nanti, manusia akan menghadapi suasana yang sangat mencekam dan
menakuntukan. Di saat itu, manusia dikumpulkan di padang mahsyar kelak pada
hari kiamat. Jarak antara matahari dan manusia sangat dekat. Sehingga yang
dirasakan adalah kepanasan luar biasa. Air keringat mereka bercucuran mengalir,
tidak hanya membasahi sekujur tubuh, namun bisa sampai membanjiri tubuh
masing-masing sesuai dengan amal masing-masing saat hidup di dunia. Ada yang
membanjiri seseorang setinggi mata kaki. tapi tidak sedikit juga yang sampai
menenggelamakaan mereka. Hal tersebut dikarenakan amal kejelekan yang dilakukan
ketika hidup di dunia.
Pada
situasi demikian, ada beberapa golongan yang memperoleh perlindungan dari Allah subhânahû
wa ta’âlâ dari keadaan yang menakuntukan tersebut. Siapa mereka?
Tidak
lain adalah mereka yang disabdakan oleh Rasulullah shallallâhu alaihi
wa sallam:
سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمُ اللهُ فِيْ
ظِلِّهِ يَوْمَ لاَ ظِلَّ اِلَّا ظِلُّهُ: اِمَامٌ عَادِلٌ، وَشَابٌّ نَشَأَ فِيْ
عِبَادَةِ اللهِ، وَرَجُلٌ قَلْبُهُ مُعَلَّقٌ بِالْمَسْجِدِ اِذَا خَرَجَ مِنْهُ
حَتَى يَعُوْدَ، وَرَجُلَاِن تَحَابَّا فِي اللهِ اِجْتَمَعَا عَلَيْهِ
وَافْتَرَقَا عَلَيْهِ، وَرَجُلٌ ذَكَرَ اللهَ فِيْ خَلْوَةٍ فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ،
وَرَجُلٌ دَعَتْهُ اِمْرَأَةٌ ذَات َمَنْصَبٍ وَجَمَالٍ اِلَى نَفْسِهَا فَقَالَ
اِنِّي اَخَافُ اللهَ رَبَّ الْعَالَمِيْنَ، وَرَجُلٌ تَصَدَّقَ بِصَدَقَةٍ
فَأَخْفَاهَا حَتَّى لَا تَعْلَمَ شِمَالُهَ مَا تُنْفِقُ يَمِيْنُهُ. (رواه
الشيخان) ـ
Artinya:
“Ada tujuh golongan yang Allah akan menaungi mereka di dalam naungan Allah pada
hari tidak ada naungan kecuali naungan Allah subhânahû wa ta’âlâ,
yaitu:
1. Pemimpin yang adil
2. Pemuda yang tumbuh dalam beribadah
atau mengabdi kepada Allah.
3. Seseorang yang hatinya tergantung di
dalam masjid ketika ia berada di luar masjid hingga ia kembali lagi ke
masjid.
4. Dua orang yang saling mencintai
karena Allah. Berkumpul dan berpisah karena Allah.
5. Seseorang yang berdzikir atau ingat
Allah dalam kesunyian lalu kedua matanya mengalirkan air mata.
6. Seorang laki-laki yang digoda oleh
perempuan berkedudukan tinggi, berlimpah harta dan cantik jelita, lalu
laki-laki itu menjawab, “Sesunguhnya aku takut kepada Allah.”.
7. Seseorang yang merahasiakan amalnya,
sehingga seolah-olah tangan kirinya tidak tahu apa yang diinfakkan oleh tangan
kanannya.
Hadirin rahimakumullâh,
Dengan
keterbatasan waktu khutbah ini, kami tidak akan menguraikan satu persatu
tentang tujuh golongan di atas. Kami hanya ingin sedikit fokus kepada golongan
ketiga saja, yakni:
شَابٌّ نَشَأَ فِيْ
عِبَادَةِ اللهِ
“Golongan
pemuda yang hidupnya tumbuh dan berkembang untuk selalu beribadah, mengabdikan
dirinya kepada Allah subhânahû wa ta’âlâ.”
Jamaah
Jumat yang berbahagia,
Di
hari kiamat kelak, Allah akan memberikan apresiasi yang besar kepada para
pemuda yang tekun beribadah. Kenapa? Karena banyak pemuda biasanya memang
selalu cenderung rawan menjauh dari hal-hal positif yang bersifat
mengabdi atau beribadah kepada Allah subhânahû wa ta’âlâ. Tidak
sedikit dari mereka mengabdi atau mengikuti kesenangan hawa nafsunya sendiri.
Hadirin, rahimakumullâh,
Menjadi pemuda rajin beribadah yang kelak akan memperoleh
naungan dari Allah subhânahû wa ta’âlâ tentu tidak mudah.
Perlu tekad yang kuat dan didasari dengan keimanan yang kokoh kepada
Allah subhânahû wa ta’âlâ. Sehingga beribadahnya menjadi lifestyle atau
hobi, yaitu kesenangan yang pada gilirannya merasa menjadi kebutuhan.
Jika seorang hamba dalam pengabdiannya kepada Allah merasa
sebagai kebutuhan, maka kebutuhan hidupnya di dunia akan dipenuhi oleh
Allah 'azza wa jalla.
Sebagaimana Allah telah berfirman
dalam surah Hud ayat 6:
وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِي الْاَرْضِ اِلَّا عَلَى اللهِ
رِزْقُهَا
Artinya: “Dan tidaklah ada makhluk yang melata di atas bumi ini
kecuali Allah yang menanggung rezekinya.”
Hadirin yang berbahagia,
Di tengah kondisi kehidupan dunia saat ini
yang dikelilingi oleh kemajuan dan kecanggihan ilmu pengetahun dan teknologi,
terutama media komunikasi, gadget/smartphone, tentu saja dapat membantu
masyarakat, termasuk pemuda dalam mengembangkan potensi kemampuan dan melakukan
hal-hal kebaikan, meskipun disisi lain, teknologi juga dapat menjerumuskan
pemakainya ke alam dunia maya dan nyata yang menyesatkan apabila menggunakannya
secara serampangan.
Pemuda yang hidupnya tumbuh untuk beribadah
sekaligus juga mempunyai kewajiban menjadi pemuda yang berakhlak mulia, rendah
hati, tidak sombong, sabar, tidak serampangan, tidak mudah tersulut
kemarahannya, jujur, tidak suka bohong, bisa dipercaya, tidak khianat, rajin,
tidak menjadi pemuda yang pemalas, suka menolong, tidak individualis, peduli
pada lingkungannya, dermawan, suka memaafkan, tidak pendendam, menghormati dan
menghargai orang lain, tidak suka menghina serta sikap-sikap terpuji lainnya.
Dengan demikian, jika ada pemuda ahli ibadah dan kehidupan
kesehariannya bagus, Allah akan memberikan apresiasi yang sebesar-besarnya.
Ketika ia mati, kelak pada saat orang sedunia dikumpulkan menjadi satu dari
generasi Nabi Adam hingga orang yang lahir besok saat mendekati kiamat, semua
berkumpul dalam hiruk-pikuk yang agung. Pada saat tidak ada naungan sama
sekali. Semua merasakan panas yang sangat terik. Pemuda yang ahli ibadah tadi
mempunyai prioritas dari Allah. Ia akan mendapatkan naungan, sehingga ia tidak
kepanasan. Pemuda itu adalah pemuda yang rajin beribadah dan sudah barang tentu
sikap dan perilakunya baik terhadap sesama.
Mudah-mudahan Allah subhânahû wa ta’âlâ senantiasa
membimbing kita termasuk didalam tujuh golongan tadi, yang kelak kita akan
mendapatkan naungan dan perlindungan Allah di padang mahsyar kelak. Semoga Allah
Swt
memberikan hidayah dan menyelamatkan pemuda kita menjadi pemuda yang dekat kepada
Allah, dekat kepada masjid, takwa kepada Allah subhânahû wa ta’âlâ,
amin ya robbal alamin.
أقول
قولي هذا، وأستغفر الله لي ولكم ولجميع المسلمين والمسلمات، فاستغفروه إنه هو
الغفور الرحيم.
Khutbah II
الحمد للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ
عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ
وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا
عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى
سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا
كِثيْرًا
أَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ
اِتَّقُوا اللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ
اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ
بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ
النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا
تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ
وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ
أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ
وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ
الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
اَللهُمَّ اغْفِرْ
لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ
اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ
وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ
اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ
اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ
الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ
وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ
عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ
عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى
اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا
وَاإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ.
عِبَادَ اللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ
ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ
لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ
وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ
Berikut kami bagikan soal-soal untuk latihan pre tes PPG Guru PAI. Soal-soal ini sekedar untuk menambah wawasan guru pai dalamm menghadapim pretes PPG.
Tahap pertama Pendidikan Profesi Guru (PPG) PAI tahun 2021 akan dilaksanakan bulan Mei 2021 dan tahap kedua bulan Agustus 2021. Guru PAI yang akan mengikuti PPG berjumlah 8.600 orang dengan rincian 6.600 slot dari pemerintah dan 2.000 orang dibiyai oleh pemda (kab/kota/provinsi), sedangkan kuota 1.600 guru PAI belum memiliki anggaran. Demikian dikatakan Direktur PAI Kemenag RI, Rohmat Mulyana Sapdi di Bogor, Rabu (24/3).
Anggaran pembiayaan untuk 5.000 guru PAI yang awalnya Rp 6.500.000/orang dapat diciutkan menjadi Rp 5.000.000/orang. Dengan penciutan ini maka selisih dana sebesar Rp 1.500.000 dapat dialokasikan untuk membiayai kuota 1.600 orang tersebut. Dengan demikian pembiayaan untuk 8.600 guru PAI dapat diatasi.
Rohmat Mulyana mengajak semua pihak turut mendorong pemda agar berpartisipasi dalam membantu pembiayaan PPG guru PAI.
Angkatan pertama diprioritaskan bagi yang belum lulus PLPG pada tahun 2020 dan peserta yang pembiayaan PPGnya dibantu pemda. Prioritas selanjutnya adalah guru PAI yang lulus pretest tahun 2018 dan 2019.
Formasi dan daftar nama peserta PPG 2021 akan segera diumumkan dalam waktu dekat.
Sementara itu LPTK yang bersedia dan sudah siap melaksankan PPG tahun ini berjumlah 28 perguruan tinggi.
Sementara itu untuk pola PPG tahun ini dilaksanakan secara daring. Adapun tempat PPG direkomendasikan di perguruan tinggi LPTK yang terdekat dengan tempat tinggal peserta
Surat edaran PPG guru PAI 2021`
Rakor KKG PAI Kabupaten Brebes hari Rabu tanggal 7 April 2021 di SDN Galuhtimur 01 Kecamatan Tonjong.
DATA GURU PAI SEKOLAH DASAR KECAMATAN PAGUYANGAN SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2020/2021 PER JANUARI 2021 NO. ...